
ADA perjalanan yang tidak pernah diajarkan oleh siapa pun, bahkan oleh waktu. Perjalanan itu bernama menjadi ayah. Tidak ada buku panduan yang benar-benar mampu menjelaskan bagaimana seharusnya seorang ayah mencintai, menjaga, atau memahami anak-anaknya. Semuanya lahir dari pengalaman, dari kesalahan, dan dari cinta yang tumbuh setiap hari tanpa pamrih.
Aku adalah ayah dari tiga anak perempuan. Dari merekalah aku belajar tentang manusia, tentang hidup, dan tentang kehidupan itu sendiri. Mereka bukan hanya anak-anakku. Mereka adalah cahayaku. Mereka adalah guruku.
Ketiganya lahir dari rahim yang sama, ibunya, istriku, dan dari darah dagingku. Mereka tumbuh dalam cinta yang sama, dalam rumah yang sama, tetapi dengan kepribadian dan cara pandang yang berbeda. Dan itu yang membuat mereka istimewa. Aku menyebut mereka Mutiara Tiga Selatan.
Baca Juga: Babelhebat: Dua Minggu, Lima Kota, Seribu Cerita
Kenapa disebut Tiga Selatan karena mereka semua lahir di ujung selatan Pulau Bangka, tepatnya di Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung. Tanah kelahiran yang kaya akan sumber daya, dan bagiku juga kaya akan makna, karena di sanalah aku bukan hanya menjadi warga, tetapi menjadi seorang ayah.
Syahdu Nasywa Inayah, anak pertama, lahir pada tahun 2013. Ia pendiam, tenang, dan sering kali mengalah, seperti matahari sore yang tidak memaksa bersinar tetapi selalu menghangatkan.
Kirana Zivana Starla, lahir tahun 2018, adalah tengah yang berapi-api. Ia suka bertanya, suka melawan, dan tak suka diam. Kadang aku melihat masa mudaku pada dirinya, keras kepala tetapi penuh cinta.
Baca Juga: Mutiara Tiga Selatan: Menutup Libur Sekolah di Pesisir Tanjung Kerasak Bangka Selatan
Rasuna Syakira Asyifa, si bungsu, lahir tahun 2021 di tengah masa pandemi. Lahir di masa penuh ketidakpastian, tetapi ia datang membawa kehangatan dan keteguhan. Ia bisa menangis hanya karena hal kecil, tetapi juga bisa menyembuhkan luka hanya dengan pelukan kecil.
Mereka bertiga lahir dalam situasi yang berbeda-beda, tetapi semuanya penuh makna. Mereka adalah mutiara, bukan hanya karena cantik, tetapi karena bertumbuh dalam tekanan, dalam proses, dan dalam waktu.