Suara HebatBabelhebat
Trending

Babelhebat: Dua Minggu, Lima Kota, Seribu Cerita

MENUTUP tahun 2024, saya, Tom, bersama istri, Kiki, dan tiga anak kami, Syahdu, Kirana, dan Syakira memulai sebuah perjalanan keluarga. Kami tidak sedang mencari tempat mewah atau petualangan ekstrem. Kami hanya ingin bersama, menikmati waktu, dan membuat kenangan yang kelak bisa diceritakan kembali.

Dari Toboali, Bangka Selatan, kami berangkat membawa ransel, harapan, dan semangat yang sederhana, merayakan akhir tahun dengan kebersamaan.

“Melihat kota besar bersama anak-anak bukan soal ke mana, tapi bagaimana mata mereka terbuka pada dunia.” Babelhebat

Toboali ke Jakarta Langkah Pertama

Perjalanan dimulai 29 Desember 2024. Dari Toboali, kami menuju Pangkalpinang, lalu keesokan harinya terbang ke Jakarta. Anak-anak begitu antusias saat pesawat mulai naik ke udara. Rasa bahagia itu menular.

Kami tiba di Bandara Soekarno-Hatta pagi hari, lalu menuju hotel. Setelah istirahat sebentar, kami mulai menjelajah Jakarta. Kami ke Monas dan naik ke puncaknya. Dari atas, Jakarta terlihat sangat luas. Anak-anak diam sesaat, menatap jauh. “Ini Jakarta?” tanya Kirana, pelan.

Di ruang audio Monas, suara Presiden Soekarno membacakan Proklamasi. Kami mendengarkan dengan tenang, lalu keluar dengan hati yang terasa penuh.

“Di balik gedung tinggi dan hiruk-pikuk, kami menemukan hening yang membuat sejarah terasa dekat.” Babelhebat

Malam tahun baru kami rayakan di Bundaran HI. Di tengah keramaian dan kembang api, muncul Presiden RI ke-8, Prabowo Subianto. Kami tidak menyangka bisa bertemu langsung, bahkan istri dan anak-anak sempat bersalaman. Tak lama kemudian, momen itu muncul di berita nasional. Awal tahun baru yang sulit dilupakan.

“Tahun baru bukan tentang hitungan mundur, tapi momen tak terduga yang membuat hati berdebar.” Babelhebat

Kami juga mengunjungi Kota Tua. Anak-anak menikmati suasana sambil menyantap jajanan dan mendengar musik jalanan. Selama di Jakarta, kami naik mobil sewaan dan bajaj. Semua itu menjadi bagian dari cerita kami.

Yogyakarta Hangat dalam Hujan

Tanggal 2 Januari 2025, kami melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta, naik kereta dari Stasiun Pasar Senen. Tiba di Stasiun Tugu malam hari, hujan menyambut kedatangan kami.

Dari stasiun ke hotel, kami naik becak. Anak-anak tertawa kegirangan. Malam itu, kami sempat berjalan sebentar ke Malioboro, lalu kembali ke hotel. Saya sendiri duduk sebentar di pinggir jalan, menyeruput kopi arang sambil melihat pengamen memainkan gitar.

Keesokan harinya, kami mengunjungi beberapa tempat edukatif dan museum. Anak-anak senang, walau lelah. Jogja memang selalu hangat, bahkan dalam hujan.

“Di antara hujan dan becak malam, Jogja menyambut kami dengan kehangatan yang tak bisa dibeli.” Babelhebat

Solo Spontanitas yang Berkesan

Dari Jogja, kami putuskan secara spontan pergi ke Solo. Hanya butuh satu setengah jam naik kereta. Tiba di sana sore hari, kami langsung mencari makan di pasar. Lalu, kami mengunjungi Monumen Pers Nasional. Saya bercerita pada anak-anak, bahwa inilah satu-satunya monumen pers di Indonesia. Sebagai orang media lokal, rasanya penting memperkenalkan ini pada mereka.

Ide mendadak muncul. Bagaimana kalau kami coba ke rumah Presiden RI ke-7, Joko Widodo? Kami pun mencoba peruntungan. Setelah menunggu sekitar 15 menit, seorang ajudan datang dan mempersilakan kami masuk.

Pak Jokowi menyambut kami dengan senyum. Kami bersalaman, berfoto, dan anak-anak diberi cinderamata. Semuanya berlangsung singkat, tapi sangat berkesan.

“Spontanitas membawa kami ke ruang tamu sejarah dan anak-anak tahu, keberanian kadang berawal dari langkah iseng.” Babelhebat

1 2Laman berikutnya

Tom Hebat

Berdiri di Atas Semua Golongan