Oleh : Syahrullah, S.KOM.I M.Pd (Penyuluh Agama Islam Toboali)

SESUNGGUHNYA telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah SWT…(QS. Al-Ahzab/33 : 21).

Umat Islam kembali akan memperingati peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW 1443 H. Tampaknya, peringatan kali ini menuntut kita untuk benar-benar melakukan Mikraj menuju kesadaran untuk tidak saling menyalahkan orang lain atas kesalahan kita. Justru ini sebagai agenda muhasabah diri (mengintropeksi diri sendiri). Hal ini dicontohkan Nabi Adam AS dalam Mikrajnya ketika tinggal di surga, Allah SWT melarangnya untuk memakan buah khuldi. Iblis yang telah bersumpah akan menyesatkan manusia dari jalan Allah SWT, ingin menggoda Nabi Adam AS. Akhirnya atas bujuk rayu iblis, Nabi Adam AS melanggar perintah Allah SWT. Dia memakan buah khuldi, hingga membuat dirinya diusir dari surga dan diturunkan ke bumi oleh Allah SWT. 

SESAMPAINYA di bumi, Nabi Adam AS mengakui kesalahan yang dia perbuat. Dirinya kemudian melakukan taubat. Nabi Adam AS langsung mendatangi kakbah, melaksanakan sholat dua rakaat dan berdoa di multazam. Atas kesalahan yang diperbuatnya, Nabi Adam AS akhirnya memohon ampunan kepada Allah SWT agar tidak menjadi orang yang merugi dengan cara berdoa. Doa yang diucapkan Nabi Adam AS tertera di dalam ayat suci Alquran, tepatnya pada QS Al Araf ayat 23. Yang artinya: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi”.

BERDASARKAN doa Nabi Adam AS diatas, itu menunjukan bahwa dirinya mengakui kesalahan yang ia perbuat tanpa harus menyalahkan bahwa itu merupakan bujuk rayu iblis kepada dirinya. Tentunya karena taubat atau pengakuan atas kesalahan tadi maka Nabi Adam AS naik level sebagai orang yang lulus dalam ujian kehidupan dan mendapatkan keridhoan Allah SWT. Begitu juga dengan pelajaran mikrajnya Nabi Yunus AS, seorang nabi yang menganut ajaran agama samawi (Islam, Yahudi dan Kristen). Dia ditugaskan untuk berdakwah kepada orang Assyiria di Ninawa-Iraq. Nabi Yunus adalah putra dari Matta keturunan Benyamin bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Kaum Ninawa adalah salah satu kaum yang sangat keras kepala, penyembah berhala dan suka melakukan kejahatan. Suatu hari Nabi Yunus, bersiap-siap hendak pergi meninggalkan kaum Ninawa, dia mengingatkan kaum Ninawa untuk segera bertobat karena akan datang azab jika mereka tidak segera bertobat. 

“Wahai kaum Ninawa, sesungguhnya aku peringatkan kepada kalian bahwa jika kalian masih tetap menyembah apa yang kalian sembah saat ini. Allah akan menurunkan azab yang sangat pedih atas diri kalian. Oleh karena itu, cepatlah kalian bertobat. Semoga Allah mengampuni kalian semua”.

SEPENINGGAL Nabi Yunus, kaum Ninawa mulai gelisah, karena seketika cuaca berubah menjadi mendung. Wajah-wajah mereka berubah menjadi pucat pasi dan angin bertiup kencang yang membawa suara bergemuruh. Kaum Ninawa pun menjadi takut akan ancaman Nabi Yunus. Akhirnya mereka sadar bahwa perkataan Nabi Yunus adalah benar. Mereka kemudian beriman dan menyesali perbuatan mereka terhadap Nabi Yunus. Kaum Ninawa lari tunggang langgang mencari Nabi Yunus dan berteriak meminta pengampunan Allah SWT atas dosa mereka. Allah SWT yang maha pemaaf-pun mengampuni mereka dan keadaan kembali seperti semula. Para kaum Ninawa tetap mencari Nabi Yunus untuk mengajari dan menuntun agama kepada mereka.

KEADAAN Nabi Yunus setelah pergi dari kaum Ninawa menjadi tidak menentu. Dia pun mengembara tanpa tujuan dengan putus asa dan merasa berdosa. Akhirnya dia sampai di tepi pantai dan melihat sebuah kapal yang akan menyeberangi laut. Dia menumpang kapal tersebut, namun ketika kapal itu sedang berlayar tiba-tiba terjadilah badai yang sangat hebat. Kapal berguncang, dan para penumpang sepakat untuk mengurangi beban dengan membuang salah satu di antara mereka ke laut. Undian pertama jatuh pada Nabi Yunus, undian kembali diulang hingga pada undian yang ketiga nama yang keluar adalah nama Nabi Yunus. Beliau tersadar bahwa itu adalah kehendak Allah. Nabi Yunus menjatuhkan diri ke laut. Allah mewahyukan kepada ikan Nun (paus) untuk menelan Nabi Yunus. Di dalam perut ikan Nun, beliau bertobat dan meminta ampun kepada Allah dan pertolongannya. Dia bertasbih selama 40 hari di dalam perut ikan Nun.

“Tiada Tuhan melainkan engkau, maha suci engkau, sesungguhnya aku adalah orang yang telah berbuat zalim”.

ALLAH mendengar doa Nabi Yunus memerintahkan ikan paus untuk mendamparkan Nabi Yunus di tepi pantai. Allah Yang Maha Penyayang menumbuhkan pohon labu, agar Nabi Yunus yang kurus serta lemah dapat memakan buahnya agar memiliki tenaga kembali. Setelah Nabi Yunus pulih, Allah SWT memerintahkan kembali dia ke kaum Ninawa. Berdasarkan dari doa Nabi Yunus AS, ada sebuah pengakuan atas kesalahan yang ia perbuat. Dan ia tidak menyalahkan umatnya lantaran tidak mau mendengarkan dakwahnya Nabi Yunus AS. Justru itu sebagai instropeksi bagi dirinya agar tidak lelah dan tidak menyerah dalam menyampaikan dakwah karena sudah menjadi tugasnya sebagai seorang Nabi dan Rasul Allah SWT. Buah dari taubatnya, hal yang sama dirasakan oleh Nabi Yunus AS semakin naik level atau tingkatan yang lebih tinggi disisi Allah SWT. 

HAL ini dicontohkan Nabi Muhammad SAW dalam Mikrajnya ketika ‘beraudiensi’ langsung dengan Allah SWT. Baginya, Mikrajnya manusia ke angkasa luar bukanlah sebuah upaya pendakian spiritual untuk berpaling dari tanggung jawab kemanusiaan, melainkan justru dengan Mikraj itu bisa terjalin kontak antara kehendak yang suci yang berada di langit dan orientasi manusia yang berada di bumi. Dalam perjalanan itu, Nabi Muhammad SAW menerima perintah shalat lima waktu dan tentunya ini juga merupakan perintah untuk ummatnya Nabi Muhammad SAW juga. Sholat yang kita kerjakan sebagai upaya untuk menggerakan hati kita agar selalu beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan sholat kita akan meninggalkan segala perbuatan dosa dan maksiat karena sudah lebih nyaman dengan kegiatan ibadah yang bisa mendekatkan diri kita kepada Tuhan Yang Maha Esa.

SEBAGAI manusia tentulah kita merupakan makhluk yang senantiasa tak pernah luput dari khilaf. Namun kita sebisa mungkin selalu berusaha untuk menjauhi perbuatan yang bisa mengarahkan pada dosa. Seringkali dosa itu, khususnya dosa besar, bisa jadi kita lakukan dalam kondisi sadar. Bersyukurkan manusia akan sikap penyayang dan kasih yang dimiliki Allah SWT. Sebaik-baiknya manusia yang menyadari telah melakuakn dosa adalah bertaubat dan memohon ampun kepada Allah SWT agar kelak bisa menjadi hamba yang lebih baik. Dengan semakin sering dan semakin banyak ia berkumpul dengan orang-orang sholeh maka akan semakin dekat ia dengan Allah Subhana Hua Ta’ala karena sifat alami manusia salah satunya adalah mudah dipengaruhi oleh lingkungan atau teman-temannya. Sebagaiman firman Allah SWT: Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku, yang sujud, yang menyuruh berbuat ma´ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.” (QS at-Taubah : 112)