PESTA 17 Agustus yang hampir setiap tahun dimeriahkan oleh komponen anak bangsa di pelosok tanah air sebagai wujud rasa syukur dan kebanggaan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan berbagai seremonial ala rakyatnya Indonesia disuguhkan untuk menghibur, sekaligus ajang berekspresi dan berkreasi yang sudah menjadi tradisi serta kearifan lokal yang kaya akan filosofi kebangsaan.
BANGSA Indonesia memang bangsa yang besar, fenomenal dan kaya budaya. Tentunya melalui hajatan tahunan ini bisa menggugah spirit baru dan harapan baru nantinya. Semangat juang dan pengorbanan tidak perlu dipertanyakan lagi semestinya tatkala melihat animo peserta dan penonton mengikuti pesta rakyat ini. Rasa cinta tanah air terpancar lewat peragaan dan partisipasi dalam berbagai pawai, karnaval dan acara-acara hiburan lokal. Beginilah suasana kebatinan dan lahiriah menyambut gemerlap hari kemerdekaan Indonesia.
GELIAT kemeriahan agustusan tidak hanya dirasakan oleh anak-anak sekolah, ASN, TNI, Polri, dunia usaha, ormas, OKP, partai politik, masyarakat dan sebagainya. Justru yang sangat menikmati cipratan rejeki agustusan ini adalah para pedagang jajanan keliling. Dengan aneka warna dan rasa disajikan untuk memanjakan lidah penonton yang datang dari segala penjuru. Keberkahan agustusan telah membuat ekonomi lokal bergerak meskipun beberapa hari, namun paling tidak semangat proklamasi kemerdekaan tetap menyala disetiap dada anak negeri ini. Kemudian, apa yang menarik untuk dicermati dari rangkaian prosesi pesta kemerdekaan kali ini.
SEPERTI biasanya, dimana-mana diadakan lomba dari tingkat RT hingga kecamatan bahkan lebih dari itu. Umbul-umbul melambai sepanjang jalan seakan-akan mengajak bercanda bahwa ayo kita bergembira bersama. Jalan-jalan kota dan juga jalan setapak, kantor-kantor pemerintah, gedung, toko, serta tembok pagar pun ikut berbahagia karena wajahnya di-make-up dengan warna warni yang nampak indah, gapura pintu masuk gang, jalan diperbaiki diperindah agar menjadi gapura terbaik. Suasana kota menjadi sumringah dan pikuk dengan beraneka agenda selama sebulan penuh. Begitu juga taman-taman kota ditata dan dirawat biar terlihat elok dikunjungi dan dipandang mata pengunjung saat mengikuti pawai, karnaval. Ketua RT nampak super sibuk menyiapkan dan mengajak warganya berpartisipasi menjaga lingkungan sehat, rapi dan bersih berharap mendapat reward sebagai desa, kelurahan terbaik. Kesadaran warga terlibat aktif mensukseskan program pemerintah tidak perlu diragukan lagi. Semangat berpesta memang sudah menjadi tradisi rakyat Indonesia pada umumnya.
PESTA keramaian pun usai. Semua penonton pawai, karnaval bergerak menuju pulang ke rumahnya. Sudut-sudut jalan dipenuhi banyak kendaraan, tukang parkir juga sibuk dan sigap mengatur kaplingan parkirannya agar kendaraan penonton bisa teratur rapi, begitu juga mobil angkutan kota dan ojek-ojek online siap mengantar pulang penonton yang sedang berpesta. Pedagang keliling pun mulai berkemas sembari menghitung lembaran kertas warna yang terkumpul selama beberapa hari bertengger di sudut toko melayani penonton. Sungguh mengesankan. Namun, ada sebagian juga merasa terusik karena keusilan penonton mengotori pekarangan atau dinding toko, rumahnya. Tapi, apa hendak dikata, tak ada yang mampu mengendalikan perilaku atau aksi penonton yang sedang berbahagia ini.
DIBALIK spirit meramaikan hari kemerdekaan, menyisakan sedikit keprihatinan yang mungkin bermanfaat untuk direnungkan bersama. Dalam alam pikir liar saya sempat bertanya-tanya, ada apa gerangan yang terjadi. Tadinya kota nampak indah, rapi dan nyaman berubah seketika setelah pesta usai. Hampir di setiap sudut jalan disesaki dan dihamburi sampah makanan, botol minuman, puntung rokok, kardus, kayu, dan aneka sisa sampah lainnya. Rumput-rumput seperti tidak bernyawa karena keletihan menahan injakan kaki-kaki lincah penonton, ditambah lagi perilaku pedagang jalanan yang kurang berselera dengan lingkungan yang sehat dan bersih.
PESERTA pawai dan karnaval pun melampiaskan kecapeannya dengan bebas melempar botol minuman dan bungkusan makanan. Ironis, terjadi paradoksal antara kegembiraan namun merasa bersedih dalam kegembiraan itu sendiri. Pelajaran apa yang hendak kita peroleh kiranya dari merdeka berekspresi menyambut hari kemerdekaan kita. Tentunya, di sekolah, dirumah, dikantor dan di institusi lainnya pasti sudah dihidupkan kebiasaan dan berperilaku hidup bersih, rapi, tertib, tidak membuang sampah sembarangan, menjaga lingkungan sehat, tapi justru sebaliknya terjadi pada saat semua peserta pawai, karnaval mengusung isu-isu lingkungan hidup, kebersihan, pendidikan, kesehatan, pengarustamaan gender, perlindungan anak, TPA dan sebagainya. Kontradiksi antara harapan dan kenyataan, sehingga upaya-upaya membangun kesadaran cinta tanah air nampaknya baru sebatas seremonial saja, namun itu pun kita sudah merasa bangga karena masih punya kemauan dan semangat dalam pembangunan meskipun hanya menggemakan slogan kemerdekaan.
KEPADA generasi muda khususnya anak-anak dan remaja tetap semangat, ya. Mulailah belajar mencintai tanah air dari sikap menyukai dan bersahabat dengan lingkungan kita, gemar melakukan aktifitas sosial dengan mengajak mencintai hidup bersih dan sehat. Mencintai tanah air bukanlah pelajaran baru yang diajarkan para guru-guru kita, tapi mewujudkan rasa cinta tanah air dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak mengotori lingkungan hidup, menjaga ekosistem alam dan sebagainya itu sudah menunjukkan bahwa cinta tanah air yang sangat tinggi. Semoga spirit hidup merdeka terus menghujam disetiap pribadi anak bangsa tanpa batas mengisi ruang-ruang kemerdekaan ini.(***)
Penulis : Nusation Anwar
Penyuluh Sosial Madya Pada Dinas Sosial & PMD Provinsi Bangka Belitung