Oleh : Hermin Roswita S.Pd
Guru Penjaskes SD Negeri 1 Gantung, Belitung Timur
Ir. Soekarno, salah seorang pendiri Republik Indonesia pernah berkata “nation and character building” penting dalam membangun sebuah negara yang merdeka. Karakter merupakan kualitas diri yang meliputi sifat, ciri, atribut dan kemampuan khas yang membedakannya dari orang lain.
Karakter ini membawa setiap individu dapat hidup berdampingan satu dengan yang lainnya baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Karakter yang baik dapat membentuk individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan akibat dari keputusan yang diambil. Pengembangan karakter individu penting diajarkan sedini mungkin melalui pendidikan.
Membangun jiwa raga peserta didik dengan menanamkan pendidikan karakter menjadi arah tujuan pendidikan nasional. Membentuk sikap tanggung jawab, gotong royong, mandiri, berbudi pekerti dan karakter baik lainnya, sedini mungkin sudah ditanamkan pada jiwa peserta didik.
Salah satunya melalui pendidikan sekolah dasar. Dimana usia pada tingkatan pendidikan ini memasuki usia anak yang sudah termasuk dalam usia dini. Sebagai Guru penjas, banyak sekali fenomena di kelas yang dapat dijadikan pembelajaran penanaman pendidikan karakter. Melalui penjas guru dapat menanamkan pendidikan karekter di dalam pembelajaran, maupun diluar pembelajaran.
Guru penjas dapat memberikan keteladanan dalam bertingkah laku maupun bertutur kata. Memotivasi siswa dengan apresiasi ataupun hukuman yang membuat efek jera. Mengevaluasi pembelajaran melalui tes untuk mengetahui kegagalan ataupun keberhasilan karakter peserta didik. Menginspirasi peserta didik untuk memperbaiki diri agar memiliki karakter yang baik. Menggerakkan siswa melalui beragam program perbaikan karakter yang telah dilaksanakan.
Keberhasilan dan kegagalan penanaman karakter peserta didik dapat tercemin dalam keseharian peserta didik. Peran guru dalam mengembangkan karakter peserta didik sangat besar. Guru memiliki peranan dalam penanaman pendidikan karakter yaitu keteladanan, inspirator, motivator, dinamisator dan evaluator yang disingkat menjadi Timnas. Keseluruhan peran ini harus dilaksanakan guru agar hasilnya dapat tercapai secara optimal.
Pertama, keteladanan. Guru berperan memberi keteladanan yang baik. Keteladanan pada masalah moral, etika, akhlak, dimanapun dia berada. Guru memiliki peran untuk memberikan keteladanan bagi siswa. Setiap tingkah laku dan tutur kata peserta didik yang tidak sesuai atau kurang baik, langsung diberi tindakan dengan menegurnya sehingga peserta didik terbiasa harus memiliki tingkah laku dan tutur kata yang baik.
Kedua, Inspirator. Peran guru sebagai inspirator yaitu mampu membangkitkan semangat dan menggerakkan potensi yang dimiliki untuk meraih prestasi bagi dirinya sendiri dan masyarakat. Guru harus mampu menginspirasi peserta didik dalam pendidikan karakter sehingga karakter yang terbentuk dengan baik. Guru sebagai inspirator dapat membangkitkan semangat peserta didik dalam pembentukan karakter. Sebagai contoh di SD tempat penulis mengabdi, penggunaan bahasa Belitung sebagai salah satu upaya untuk menanamkan karakter menghormati orang yang lebih tua, sopan, santun dalam berbahasa dan saling menghormati adalah karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik. Meskipun berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda namun penanaman karakter tetap dilaksanakan pada semua peserta didik.
Ketiga, Motivator. Motivator yakni dengan memberikan motivasi-motivasi yang dapat memberikan semangat peserta didik. Motivasi dapat dilakukan dengan sengaja maupun spontan. Dalam setiap pembelajaran guru memberikan motivasi untuk siswa agar siswa bersemangat dan memiliki karakter yang baik. Guru memotivasi peserta didik untuk pembelajaran dengan mengingatkan siswa ketika melakukan kesalahan dan memberikan pesan pesan bermoral agar siswa semangat dalam memperbaiki dan mencetak prestasi di sekolah. Apabila kesalahan yang dibuat siswa sudah melebihi batasan maka ada hukuman yang diberikan kepada siswa. Hukuman yang diberikan kepada siswa juga merupakan hukuman yang bernilai positif misalnya lari ke lapangan. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa dalam memberikan motivasi, guru harus mengapresiasi segala perubahan siswa yang bernilai positif. Guru pun harus mengevaluasi segala pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru sehingga guru memahami capaian pembelajaran yang telah dicapai.
Keempat, Dinamisator. Guru berperan sebagai dinamisator yaitu menjadi penyemangat dan juga harus bisa menjadi penggerak dalam perubahan. Seorang guru harus memperlihatkan semangatnya dan mau memperbaiki dirinya agar tujuan karakter yang ingin dicapai dapat tercapai. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa guru harus bergerak cepat dan tanggap dalam menghadapi permasalahan yang dihadapi siswa, jika ada kesalahan yang dilakukan siswa maka guru harus memberikan sanksi agar ada efek jera sehingga peserta didik tidak mengulanginya lagi. Hukuman yang diberikan harus bersifat positif dan memberikan efek jera bagi peserta didik. Cara penanaman pendidikan karakter bisa melalui pembiasaan didalam aktivitas sekolah, atau memasukkan dalam materi pembelajaran. Contoh penanaman karakter melalui pembisaan yaitu dengan memberikan perintah kepada siswa untuk memimpin pemanasan, hal ini merupakan salah satu contoh penanaman karakter kepemimpinan. Kemudian berbicara sopan dan bersikap yang santun dalam setiap aktivitas pembelajaran.
Kelima, Evaluator. Guru harus mengevaluasi metode digunakan dalam pembangunan karakter. Guru harus mengevaluasi metode yang dilakukan apakah sudah sesuai dengan hasil yang diharapkan. Guru dalam perannya sebagai evaluator harus mengevaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakan apakah sudah sesuai target. Hal ini dapat diketahui dengan melakukan upaya perbaikan pada peserta didik dalam proses pembelajaran, guru menunjukkan kelemahan dan cara memperbaikinya, baik secara individu maupun kelompok.(*)