PANGLIMA Bangka Belitung, Hidayat Arsani membangikan pohon cabai rawit siap panen dalam polybag secara gratis kepada warga Kelurahan Lontong Pancur, Pangkalbalam, Kota Pangkalpinang, Kamis (7/3/2024) petang.
Pembagian pohon cabai rawit secara perdana tersebut sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warga akan cabai rawit. Mengingat hingga kini harga cabai masih sangat mahal dan harus didatangkan dari luar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Dayat, begitu sapaan akrab Panglima Babel tersebut menjelaskan cabai saat ini menjadi salah satu faktor penyebab inflasi di daerah, khususnya di Provinsi Kepulauan Babel. Karena itu, masyarakat harus lebih mandiri menanam cabai untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga masing-masing.
“Saya bagikan pohon cabai yang sudah siap di panen dan ada juga yang sudah berbunga. Warga cukup merawatnya saja dengan baik. Insyaallah, dengan enam batang pohon cabai siap panen per satu rumah maka kebutuhan konsumsi mereka cukup,” kata Dayat.
Dijelaskannya, pembagian bibit cabai kali ini selain sebagai percontohan juga agar warga bersemangat untuk merawatnya nanti.
Menurutnya, untuk Kelurahan Lontong Pancur ditargetkan sebanyak sekitar 100 rumah akan mendapatkan pohon cabai siap panen sebanyak 6 batang untuk 1 rumah.
Program tersebut untuk tahap pertama, ditargetkannya sebanyak 10.000 batang pohon cabai siap panen akan dibagikan secara gratis kepada warga se-Pangkalpinang.
Tak main-main, untuk program ini Dayat pun sudah menyiapkan lahan 10 hektar sebagai lokasi pembibitan lengkap dengan para tenaga ahli dan pekerjanya.
Baca Juga Hidayat Arsani Gagas Penyelamatan PT Timah Tbk:
Kedepan, Dayat berharap dapat merealisasikan program pembagian pohon cabai siap panen gratis untuk 100.000 rumah tangga dengan jumlah 600.000 batang pohon cabai.
“Nah kalau sudah sebesar ini, butuh kebijakan yang lebih luas. Karena anggarannya juga besar, maka pemerintah harus berperan. Artinya, butuh orang yang tepat untuk mengambil kebijakannya,” kata Wakil Gubernur Babel 2014-2017.
Jadi, lanjut Dayat, mencoba menganalisa kalau ada 100.000 batang pohon cabai siap panen yang produktif dan per batangnya menghasilkan 3 ons saja perminggu, kalikan saja sudah berapa ton kebutuhan cabai rawit terpenuhi.
“Emak-emak tidak perlu lagi pusing untuk urusan cabai. Apalagi orang Bangka kalau makan harus pedas, terbiasa makan cabai,” ujar Dayat kepada puluhan ibu-ibu di Lontong Pancur.
Dayat yang didampingi istrinya Ni Komang Widari juga sempat berdialog dengan puluhan emak-emak sembari mencicipi mie kuah ikan di rumah salah satu warga.
Puluhan emak-emak itu mengaku senang dengan program pembagian pohon cabai siap panen. Apalagi saat ini harga cabai melambung tinggi membuat mereka kewalahan dalam memenuhinya. Padahal paling tidak sebulan mereka biasa membeli 2 hingga 3 kilogram cabai untuk konsumsi.
Kepada emak-emak, Dayat juga mengungkapkan terkait perawatannya tidak perlu khawatir, karena telah menyiapkan call center cabai yang bisa dihubungi jika ada pohon cabai yang sudah tidak produktif atau mati maka akan segera diganti dengan yang baru.
“Kalau program ini berjalan untuk skala yang lebih besar kedepan, maka akan direkrut tenaga kerja yang lebih banyak. Para sarjana pertanian dan pekerja lainnya untuk pembibitan, pemupukan dan perawatan lainnya. Tenaga kerja pun akan terserap,” jelas Dayat.
Sementara tenaga ahli cabai yang mengelola pembibitan milik Dayat, Dirun pada kesempatan itu mengatakan jenis cabai rawit yang kini dibudidayakan dan dibagi ke warga adalah jenis cakra.
“Pohon yang kita bagi dan siap panen berusia 2,5 bulan. Dalam satu minggu bisa menghasilkan 3 ons perbatang. Dan pohon bisa berusia atau usia produktifnya bisa sampai 1,5 tahun. Tergantung perawatannya,” ujar Dirun.