Suara HebatBabelhebatBangka SelatanNasional-Internasional
Trending

Lapor Presiden: Pemkab Bangka Selatan Lupa Ada 53 Koperasi Merah Putih, Tapi Hanya 26 yang Diluncurkan

Oleh Tom, Pemilik Babelhebat

“Jika sejak awal tidak semua diajak berlayar, bagaimana kapal besar ini akan sampai ke tujuan bersama?”

Senin pagi ini, Pemerintah Kabupaten Bangka Selatan menggelar peluncuran Koperasi Desa Merah Putih (KDMP), bertepatan dengan peringatan Hari Koperasi Nasional ke-78. Namun, ada hal janggal dan patut dipertanyakan.

Dari total 53 koperasi desa yang diklaim telah terbentuk di Bangka Selatan, hanya 26 koperasi yang diikutsertakan dalam peluncuran serentak nasional oleh Presiden RI Prabowo Subianto dari Klaten, Jawa Tengah, pada 21 Juli 2025. Sisanya tidak diundang, tidak dilibatkan, dan tidak ada penjelasan.

Presiden, Menteri Koperasi dan UKM, Satgas Koperasi Merah Putih, DPR RI, Gubernur, Bupati, hingga DPRD patut mengetahui fakta ini.

Surat undangan resmi yang ditandatangani Bupati Bangka Selatan Riza Herdavid, tertanggal 19 Juli 2025, memang beredar. Namun, surat itu hanya ditujukan kepada 26 koperasi. Lalu ke mana undangan untuk 27 koperasi lainnya?

Apakah sengaja disembunyikan? Itu yang tidak tahu. Dan mungkin lupa, atau sengaja dilupakan? Itu juga tidak tahu, karena masih menjadi misteri.

Di Kabupaten Bangka Selatan, peluncuran dipusatkan di Lantai II Kantor Sekretariat Daerah, Parit Tiga, Toboali. Jadwalnya pukul 08.30 WIB. Tempatnya terbatas, dan juga mungkin sempit dan pengap, namun acaranya mungkin eksklusif, dan hanya 26 koperasi yang diundang.

Fakta ini tidak bisa disembunyikan. Apakah ini soal keterbatasan tempat, atau kendala teknis? Alasan seperti itu terlalu klasik dan sangat lemah. Mengingat Pemkab Bangka Selatan memiliki Gedung Serbaguna dan GOR yang mampu menampung ratusan orang. Bila ada niat melibatkan semua, tak sulit mengumpulkan dan menyatukan 53 koperasi agar bisa mendengar langsung arahan Presiden terkait tugas, kewajiban, dan masa depan koperasi desa.

Jika tidak semua Koperasi Merah Putih di Bangka Selatan diluncurkan, maka gerakan ini belum benar-benar Merah Putih. Yang tampil hanya setengah. Sisanya masih abu-abu, bahkan gelap.

Peluncuran ini digadang sebagai tonggak baru ekonomi desa, sekaligus membantu masyarakat desa untuk mendapatkan harga sembako lebih murah dan terjangkau, terutama pada yang subsidi, agar lebih mudah didapatkan sesuai dengan tujuan awal dan cita-cita koperasi dibentuk sebagai pemberdayaan masyarakat desa.

Koperasi Merah Putih disebut-sebut akan menjadi penggerak utama ekonomi kolektif berbasis desa. Maka pertanyaannya jelas, mengapa tidak semua koperasi dilibatkan dalam momentum sebesar ini?

Peluncuran bukan sekadar seremoni. Ia adalah penanda keseriusan. Bila sejak awal tidak semua diajak berlayar, bagaimana kapal besar ini akan sampai ke tujuan bersama?

Apakah ini murni urusan teknis, atau justru tarik-menarik kepentingan dari tingkat pusat hingga desa? Yang dibutuhkan saat ini bukan alasan, tetapi kejelasan.

Pengurus koperasi seharusnya bisa mendengar langsung pidato dan arahan Presiden. Bukan sekadar menerima lembar fotokopi atau kabar dari mulut ke mulut, yang kadang manis di depan tapi pahit di belakang. Sebab pola lama ABS, Asal Bapak Senang, masih sering terjadi di Bangka Selatan ini. Jangan lagi dibiasakan pola lama ini. Harus segera ditinggalkan pola dan gaya lama seperti itu.

Jangan jadikan koperasi sekadar pelengkap laporan administratif, hanya demi menyenangkan atasan. Jangan pula menjadikan peluncuran kabupaten hingga nasional sebagai ajang seremonial, seolah-olah sudah terbentuk 53 koperasi, sementara yang dilibatkan hanya 26.

Hingga artikel ini dipublikasikan, belum ada penjelasan resmi dari Pemkab Bangka Selatan mengapa 27 koperasi tidak diundang. Namun yang pasti, publik ataupun pengurus koperasi pasti bertanya dalam hati, dan bertanya dalam diam serta senyap. Juga mencurigai banyak hal.

1 2Laman berikutnya

Tom Hebat

Berdiri di Atas Semua Golongan