INFLASI di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih dalam kondisi stabil. Hal ini diungkapkan Asisten Administrasi Umum Pemerintah Kota (Pemkot) Pangkalpinang, Agus Fendi.
Meski demikian, Agus mengimbau agar Pemkot Pangkalpinang tetap waspada dengan berbagai tantangan maupun ketidakpastian yang mungkin akan terjadi dan bisa mengganggu stabilitas perekonomian di masa mendatang.
“Dengan semangat kerja sama dan komitmen yang kuat tentunya kita akan mampu menghadapi berbagai tantangan ke depan, khususnya dalam penanganan inflasi di Kota Pangkalpinang,” kata Agus, Kamis (1/8/2024).
Agus berharap dengan indikator (data) yang telah dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pangkalpinang pada bulan Juli 2024, setidaknya dapat digunakan Pemkot untuk mengambil kebijakan dalam perencanaan monitoring dan evaluasi pembangunan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat di Kota Pangkalpinang.
“Semoga rilis berita resmi statistik ini dapat memperkuat sinergitas dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kami menyambut baik apa yang dilakukan oleh pihak BPS dengan BRS-nya (Berita Resmi Statisik) karena ini merupakan sesuatu yang baik dan sangat inovatif sehingga kita menyampaikan informasi terkini kepada masyarakat,” ujar Agus.
Seperti diketahui, berdasarkan data resmi yang dirilis BPS bahwa data inflasi pada bulan Juli 2024, Kota Pangkalpinang mengalami deflasi month to month (m-to-m) sebesar 0,28 persen dan inflasi year on year (y-on-y) sebesar 1,40 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 104,61.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala BPS Kota Pangkalpinang, Dewi Savitri saat konferensi pers Berita Resmi Statistik (BRS) perkembangan indeks harga konsumen/inflasi Juli 2024, Kamis (1/8/2024) di Ruang Rapat BPS Pangkalpinang.
Dewi memaparkan penyumbang utama deflasi pada Juli 2024 secara m-to-m adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,26 persen.
“Komoditas penyumbang utama deflasi pada kelompok tersebut adalah bawang merah, beras, dan cabai, ” jelasnya.
Sementara penyumbang utama inflasi pada Juli 2024 secara y-on-y adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 1,13 persen. Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok tersebut adalah beras, sigaret kretek mesin (SKM), dan kopi bubuk.
Kata Dewi, inflasi y-on-y terjadi karena kenaikan harga secara umum yang ditunjukkan oleh naiknya indeks di hampir seluruh kelompok pengeluaran, yakni kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 3,68 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,14 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,04 persen, serta kelompok kesehatan sebesar 8,41 persen.
“Kelompok transportasi sebesar 0,57 persen, kelompok informasi, komunikasi,dan jasa keuangan sebesar 0,22 persen, kelompok pendidikan sebesar 0,59 persen, dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,29 persen,” lanjutnya.
Sebaliknya, Dewi mengungkapkan, kelompok yang mengalami deflasi y-on-y atau penurunan indeks yaitu kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,73 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,06 persen, dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,76 persen.