Suara HebatBabelhebat
Trending

Kopi Susu dan Air Putih Sore Hari di Warung Kopi: Secangkir Cerita dalam Gelas yang Biasa

SORE di warung kopi bukan sekadar soal menyesap manisnya kopi susu atau segarnya air putih. Ia adalah ritus harian yang nyaris sakral bagi banyak orang di kampung-kampung dan kota kecil, tempat di mana obrolan lebih jujur daripada sidang paripurna.

Di meja kayu yang mulai mengelupas, gelas kaca berisi kopi susu berembun perlahan. Di sebelahnya, segelas air putih. Dua cairan yang tampak biasa, satu cokelat muda, satu bening. Tapi siapa sangka, dari dua gelas ini lahir dua dunia, dunia keinginan dan dunia kebutuhan.

Kopi Susu: Simbol Pelarian dan Kesantaian

Kopi susu sore hari adalah penunda kenyataan. Ia mengendapkan gula di dasar gelas, sebagaimana kita mengendapkan masalah-masalah hidup. Campuran antara pahit kopi dan manis kental manis seperti hidup, yang tak pernah murni satu rasa. Kadang diaduk rata, kadang dibiarkan berlapis-lapis. Tergantung siapa yang meminumnya dan apa yang sedang ia hadapi.

BACA JUGA : Kelakar di Warung Kopi Jadi Opini

Kopi susu adalah alasan untuk duduk lebih lama. Ia mengundang teman, cerita, bahkan debat politik musiman.

“Proyek jalan belum kelar juga ya?” ucap seorang lelaki paruh baya, menghisap rokok kretek sembari menatap jalan depan yang baru ditambal kemarin.

Di sekelilingnya, para pemuda menggulirkan percakapan tentang peluang kerja, harga sawit, hingga gosip tender APBD. Dalam setiap seruputan, ada penundaan pulang yang disengaja. Sore menjadi ruang aman, sebelum malam kembali menjadi milik rutinitas dan kekhawatiran.

Air Putih: Realitas yang Diam-diam Menegur

1 2Laman berikutnya

Tom Hebat

Berdiri di Atas Semua Golongan