KOMPLEK Perkantoran Parit Tiga Toboali, Kabupaten Bangka Selatan (Basel), Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) kini tak lagi sebagai komplek perkantoran pemerintahan, melainkan sebagai kawasan penambangan timah skala besar.
Mirisnya, aktivitas penambangan timah dengan menggunakan alat berat ‘excavator’ ini beroperasi tak jauh dari Rumah Dinas (Rumdis) Bupati, Wakil Bupati dan Sekretaris Daerah (Sekda), tepatnya di belakang Rumdis eselon II serta di belakang Masjid Agung dan Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan bebas menggaruk isi perut bumi.
Dampak dari aktivitas penambangan ini, Komplek Perkantoran Parit Tiga Toboali tak lagi bersahabat dan ramah lingkungan, lantaran hutan-hutan kecil sebagai penghijauan telah babak belur dibabat alat berat.
Aktivitas penambangan ini tidak hanya merusak lingkungan, tetapi mengancam area strategis pemerintahan.
Menurut informasi di lapangan menyebutkan, alat berat yang menggaruk isi perut bumi ini diduga milik pengusaha Toboali berinisial Ho.
“Kami prihatin melihat kondisi ini. Seharusnya kawasan perkantoran dijaga, bukan dibiarkan dirusak secara membabi buta. Ini kita sama-sama melihat bahwa kawasan perkantoran tidak lagi ramah lingkungan, tidak lagi hijau, deru mesin meraung memecahkan gendang telinga,” kata Rudi kepada wartawan, Senin (2/12/2024).
Rudi menilai babak belurnya hutan-hutan kecil di Komplek Perkantoran Parit Tiga Toboali, lantaran lemahnya pengawasan dari aparatur pemerintahan (Pemkab Bangka Selatan_red) sehingga aktivitas penambangan timah skala besar bebas beroperasi menggaruk isi perut bumi.
“Kalau dibiarkan, ini akan terus merusak lingkungan. Kami mendesak Pemkab (Pemerintah Kabupaten_red) untuk segera bertindak tegas,” ujar Rudi.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Pemkab Bangka Selatan masih dalam upaya konfirmasi. Langkah konkret dari pemerintah dinantikan untuk menghentikan kerusakan lingkungan yang semakin meluas.