Kelakar di Warung Kopi Jadi Opini
WARNA warninya kehidupan kian terasa saat duduk sembari menyeruput kopi di warung kopi. Berbagai kisah atau topik yang dibahas oleh para pengunjung warkop (warung kopi) semakin menambah suasana menjadi berwarna dan bergairah, hingga menggelitik telinga untuk menangkap dan mencerna inti sarinya meski itu hanyalah kelakar kosong.
Kelakar kosong di atas meja warkop tanpa adanya solusi apalagi menghasilkan ekonomi. Kelakar kosong akhirnya menjadi opini di pagi hari ini (Rabu, 28 Juni 2023).
Intinya, kelakar dari para tukang kelakar terdengar agak samar-samar sehingga rasa ingin tahu pun kian memuncak dan bergairah. Bahasa kekiniannya adalah kepo.
BACA JUGA : Kapolres Basel Jumat Curhat di Warkop, Serap Aspirasi Masyarakat
Ya, naluri sebagai manusiawi untuk ingin tahu dan rasa ingin tahu suatu keharusan dan memang harus tahu biar tidak jadi sok tahu yang akhirnya mengada-ada yang tidak ada menjadi ada.
BACA JUGA : Gerobak Kopi Tempat Tongkrongan Milenial Toboali, Berbagai Rasa Kopi ada Disini
Nah, kalau seperti itu berarti namanya sok tahu. Padahal tidak tahu menahu. Itulah namanya baru sok tahu. Jadi jangan sok tahu kalau tidak tahu. Paham…?. Mendingan ikut nimbrung dalam kelakar meski kelakar kosong daripada jadi sok tahu.
Kembali pada kelakar
Inti sarinya itu adalah tentang ini dan tentang itu. Dan tentang-tentang seterusnya yang sepertinya tak pernah habis tentang dan tentang kelakar di atas meja warung kopi. Dari A sampai Z semuanya tentang dan tentang yang berakhir dengan katanya.
Namanya juga warung kopi tempatnya para penikmat kopi. Karena, katanya begitu dihadapan kopi semuanya sama. Faktanya itu tidaklah sama. Karena, ada yang suka kopi susu dan kopi O (Hitam) dan ada juga yang suka kopi pahit tanpa gula. Begitu pula dengan kelakar-kelakarnya yang keluar dari mulut para tukang kelakar.
BACA JUGA : Wakil Rakyat Bangka Selatan Curhat di Media Sosial
Kelakar-kelakar itu tidaklah lain kelakar kosong seperti gelas kopi yang isinya mulai perlahan kosong karena diseruput. Semoga dan semoga isi kantong para tukang kelakar tak ikut kosong.
Semoga dan semoga dari kelakar kosong membuahkan hasil dan juga menambah isi kantong. Karena, mengingat, menimbang dan memutuskan bahwa untuk berkelakar butuh gizi dan vitamin agar sehat lahir dan batin.
Mirisnya, kelakar kosong seakan telah membuat para tukang kelakar jadi pintar dan kenyang.
Tapi, ya sudahlah karena memang itu adanya bahwa penghuni di negeri ini terlalu banyak orang-orang pintar yaitu pintar dengan kelakarnya, hingga akhirnya menjadi lapar dan terkapar karena lupa atau memang belum makan atau karena asik dengan kelakar dan makan kelakar.
“Semoga dan semoga tidak ada yang lapar dan terkapar akibat dari terlalu banyak kelakar dan makan kelakar,” kata salah satu penikmat kopi, yang juga tukang kelakar.
(Bersambung)