Suara HebatBabelhebatNasional-Internasional
Trending

Kejujuran Warung Kopi, Kepalsuan Kantor

Di negeri yang penuh rapat resmi dan forum elitis, kejujuran kerap terkubur oleh pencitraan. Kantor hanya menampilkan wajah bijak yang dibuat-buat, jargon integritas yang dipaksakan, dan kalimat manis yang sering berakhir sekadar ABS (Asal Bapak Senang). Laporan penuh angka indah dan pidato yang terdengar megah sering kali hanyalah topeng untuk menutupi kenyataan pahit di luar.

Warung kopi justru menawarkan kebalikan. Di sana tidak ada teks pidato, tidak ada protokol, tidak ada kamera televisi. Orang berbicara apa adanya, menertawakan hidup meski beban di pundak berat, dan berkelakar meski isi dompet menipis. Kursi sederhana dengan bangku kayu dan meja kayu lebih jujur daripada kursi empuk ruang kantor yang penuh pencitraan.

Di warung kopi, suara rakyat terdengar tanpa filter. Ada yang lantang menyuarakan kegelisahan, ada yang menyesap kopi pahit sambil melontarkan kelakar getir, ada pula yang diam saja sambil mendengarkan. Diam itu pun tetap lebih jujur daripada rapat panjang di kantor yang hanya membahas kepentingan sendiri.

Baca Juga: Sinergitas Sebatas Meja Warung Kopi

Kopi tetaplah kopi meski diberi gula atau susu. Begitu pula rakyat, tetaplah rakyat dengan segala beban dan kelakarnya. Di warung kopi semua bisa duduk setara. Ada yang datang dengan motor tuanya, ada yang turun dari mobil, ada pula yang berjalan kaki dengan sandal dan sepatu. Begitu melangkah masuk, semua perbedaan itu melebur dalam kepulan asap kopi dan obrolan sehari-hari.

Warung kopi bukan sekadar tempat singgah, melainkan ruang sosial yang tidak bisa direkayasa. Suara sendok beradu dengan gelas, asap rokok yang membumbung, dan cangkir yang diletakkan pelan di atas meja kayu menjadi latar musik keseharian. Dari pagi hingga larut malam, selalu ada obrolan yang mengalir, kadang serius kadang penuh tawa, menjadi cara sederhana untuk melupakan lelah.

1 2Laman berikutnya

Tom Hebat

Berdiri di Atas Semua Golongan