AMARAH ialah emosi yang bisa terjadi kapan saja. Tetapi alangkah baiknya jika kemarahan bisa dikontrol agar tidak sampai berlebihan. Di kala marah, banyak orang tidak bisa menahan emosinya sehingga mereka meluapkan amarah tersebut dengan kata-kata kasar, atau melakukan perbuatan tercela, yang bisa menimbulkan celaka.

Dalam hal ini, terdapat pesan yang teramat berharga seluruh umat muslim. Di mana Rasulullah dengan tegas menyeru agar setiap umat muslim mampu menahan amarahnya dengan keyakinan bahwa mengendalikan amarah dijanjikan surga dari Allah SWT.

Rasulullah menyampaikan hadis : “Jangan kamu marah, bagimu surga (akan masuk surga).” (HR Ath-Thabrani).

Bagaimana kita menahan amarah sebagai seorang muslim?

Berikut lima langkah meredam amarah :
Pertama kita membaca Ta’awudz (a’udzubillahi minasy syaithonirrojiim). Dalam hadis Riwayat Bukhari, Rasulullah berkata “Sesungguhnya aku tahu satu perkataan apabila dibaca akan menghilangkan rasa marahnya, jika ia ingin membacanya, audzubillahi minasy-syaithonirrojiim (aku berlindung dari godaan setan yang terkutuk), niscaya kemarahan yang dialaminya hilang.”

Kedua hendaknya kita diam. Ketika amarah membara, menahan lisan untuk tidak berkata dan berbicara ialah cara terbaik. Jika tidak, seseorang bisa saja mengeluarkan perkataan kasar bahkan melaknat dari mulutnya. Dalam hadis Riwayat Ahmad, Rasulullah bersabda “Jika salah satu seorang di antara kalian marah, diamlah”.

Ketiga berwudhu, Rasulullah menyarankan seseorang yang sedang marah untuk berwudhu, karena emosi itu akan padam karena terkena air. Dalam hadis Riwayat Abu Dawud, “Sesungguhnya amarah itu dari setan, setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah satu dari kalian marah, hendaknya berwudhu”.

Keempat merubah posisi badan, Rasulullah memberi saran kepada umat muslim, jika mereka marah maka segera mengganti posisi tubuh. Bila seseorang marah posisi berdiri maka hendaklah ia duduk jika tidak mempan baringlah. Hadis Riwayat Abu Dawud, Rasulullah bersabda “Bila salah satu di antara kalian marah dengan posisi berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang, maka sudah cukup. Namun jika tidak hilang maka berbaringlah”.

Kelima mengingat keutamaan meredam amarah, Rasulullah menjelaskan bahwa balasan bagi orang yang mampu menahan amarahnya akan diberikan kebebasan dalam memilih bidadari di hari akhir. Dalam hadis Riwayat Ahmad dan Abu Dawud, “Barang siapa yang menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari kiamat Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai”.

Tidak hanya menahan amarah, Islam juga mengajarkan untuk tidak membalas keburukan dengan keburukan yang berlebihan yang mana terdapat dalam Al-Qur’an surah An-Nahl ayat 126 “Jika kamu membalas, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang yang sabar”.

Ayat ini mengajarkan kita untuk selalu ingat bahwa pentingnya kesabaran dan menolak untuk membalas keburukan dengan keburukan yang berlebihan dan lebih baik balas dengan kabaikan serta do’a.

Kita sebagai umat muslim harus menjaga, mengontrol diri, berusaha melakukan hal-hal yang sesuai dengan syariat serta ajaran yang telah diajarkan Rasulullah.

Semoga kita selalu menjadi umat yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Jangan menyerah menjadi orang baik, lakukanlah hal-hal baik sesuai ajaran Islam.

(Penulis : Siska Meirina, S.Pd, Fasilitator SDIT Alam Cahaya)