Oleh : Hermin Roswita S.Pd
Guru Penjaskes SD Negeri 1 Gantung, Belitung Timur
PERILAKU Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
PHBS masih menjadi perhatian khusus bagi pemerintah. Hal ini terlihat dari ditempatkannya PHBS sebagai salah satu indikator capaian peningkatan kesehatan dalam program Sustainable Development Goals (SDGs) 2015-2030.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan individu dan kesehatan masyarakat adalah keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Selain faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku hidup bersih antara lain : kelas sosial dan kelas ekonomi, pengetahuan, sikap, status kesehatan serta kebiasaan pribadi.
Sehubungan dengan hal tersebut, tidak hanya peran sekolah perilaku yang kurang sehat ini dapat pula menimbulkan persoalan yang lebih serius seperti ancaman penyakit menular. Sekolah merupakan sumber penularan penyakit infeksi di sekolah antara lain: infeksi tangan dan mulut, infeksi mata, demam berdarah, cacar air, campak, rubela dan gondong.
Jika siswa Sekolah Dasar (SD) tidak memahami PHBS bukan tidak mungkin dapat menekan tingginya angka penyakit tersebut. Maka pengetahuan yang ada di sekolah perlu ditingkatkan dengan cara memberikan kesempatan untuk mempraktekkan seminggu sekali ataupun dengan cara pendalaman materi tentang PHBS.
Akibat pengetahuan siswa tentang perilaku hidup sehat rendah, bukan tidak mungkin siswa tidak bisa menerapkan perilaku hidup sehat dengan benar atau bahkan tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan berpengaruh pada derajat kesehatan tubuh yang rendah. Perlunya penanganan dan solusi untuk itu dengan meningkatkan pengetahuannya, memahami, dan mempraktekannya di lingkungan sekolah dan untuk dirinya sendiri.
Menurut observasi yang telah dilakukan di masih banyak siswa yang sering meminta izin tidak masuk sekolah satu tahun terakhir ini, disebabkan karena sakit seperti demam, batuk, flu, dan penyakit saluran pernafasan. Beberapa siswa menunjukkan bahwa lebih dari 80 persen siswa yang tidak melakukan kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, membuang sampah tidak pada tempatnya, mempunyai kuku panjang dan kotor, serta memakai pakaian tidak rapi. Hal ini disebabkan karena siswa belum mengetahui apa yang dimaksud dengan PHBS.
Adanya siswa yang masih kurang menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan sekolah. Pengetahuan PHBS masih perlu ditingkatkan kepada siswa secara menyeluruh agar pengetahuan PHBS pada peserta didik semakin melekat. Hal tersebut tentunya tidak lepas dari dukungan pendidikan yang cukup baik di sekolah. Dalam hal ini adalah guru penjasorkes merupakan pendidik yang memberikan materi kesehatan secara berkesinambungan, khususnya materi tentang PHBS di sekolah yaitu : pengetahuan mencuci tangan, kebersihan kuku, kebersihan berpakaian, kebersihan gigi dan mulut, kebersihan rambut, membuang sampah, dan olahraga.
Pengetahuan terhadap mencuci tangan, perlunya pengetahuan tentang mencuci tangan agar setiap siswa memiliki kebiasaan mencuci tangan dalam kesehariannya. Pengetahuan ini juga berfungsi agar perilaku tersebut tetap berjalan dengan baik. Setiap guru harus dapat memberikan pengetahuan tentang mencuci tangan kepada siswanya. Adapun pengetahuan tersebut bisa bermanfaat bagi siswa sekolah, dan mereka mengetahui cara dan manfaat mencuci tangan dalam kehidupan buruk kurang cukup baik sangat baik.
Pengetahuan terhadap kebersihan kuku, pengetahuan yang kurang tentang kebersihan kuku menyebabkan siswa kurang menyadari bahwa kuku yang panjang adalah kuku yang banyak menyimpan bakteri. Hal tersebut hanya bisa dihindari dengan cara menjaga kebersihan kuku dengan cara memotongnya jika sudah terlihat panjang. Sebagian siswa berpendapat kuku panjang banyak manfaatnya seperti menggaruk, membersihkan hidung dan telinga, dan sebagai tren atau bagus dilihat. Oleh karena itu, guru harus mampu memberikan pengetahuan kepada siswa. Karena kebersihan kuku merupakan salah satu terhindarnya kita dari penyakit cacingan dan diare.
Pegetahuan terhadap kebersihan berpakaian, pengetahuan siswa terhadap kebersihan berpakaian sangat sering dianjurkan. Aturan yang sudah diberikan sejak awal masuk sekolah berpengaruh sampai saat ini. Aturan dan pengetahuan yang diberikan sejak dini sangatlah berguna dan berpengaruh dalam kehidupan. Kebersihan pakaian dan kerapian di sekolah modal utama untuk menjadikan siswa berpenampilan baik. Keluarga juga berperan sangat penting dalam kebersihan berpakaian siswa.
Pengetahuan terhadap kebersihan gigi dan mulut, penting memberikan pengetahuan tentang kebersihan gigi agar siswa mengetahui baiknya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Siswa merawat gigi tidak hanya di sekolah akan tetapi di rumah sebelum tidur sangat penting dilakukan. Gigi yang keropos, berlubang, dan hitam banyak dimiliki siswa, mereka tahu tetapi malas untuk melakukan. Perlunya kesadaran diri sendiri untuk menjaga gigi agar tetap sehat dan bersih. Guru penjasorkes juga perlu melakukan cara agar siswa dapat menerapkan di rumah.
Pengetahuan terhadap kebersihan rambut, perlu diberikan pemahaman yang lebih tentang pengetahuan menjaga kebersihan rambut pada mereka. Keadaan tersebut disebkan karena setiap siswa kurang mengetahui bagaimana cara berkeramas dan merawat rambut dengan baik. Hal ini merupakan keadaan yang perlu diperhatikan oleh orang tua di rumah.
Pengetahuan terhadap membuang sampah pada tempatnya, hal ini penting dimiliki siswa terutama tentang tata cara mengelola sampah, dan juga mengetahui dampak sampah itu sendiri dan manfaatnya membuang sampah pada tempatnya, karena membuang sampah pada tempatnya di rumah dan sekolah sangat penting agar rumah dan sekolah terlihat bersih dan rapi.
Pengetahuan olahraga, siswa memiliki pengetahuan mengenai tujuan dari olahraga yang cukup dalam pendidikan di sekolah. Hal ini disebabkan karena siswa sangat menyukai olahraga dan menjadikan olahraga hanya sebagai penghilang rasa bosan di kelas. Keadaan ini menunjukkan bahwa perlunya penyampaian pemahaman tentang manfaat olahraga bagi siswa agar mereka memahami dengan baik manfaat dari olahraga.
Peningkatan pengetahuan PHBS harus menjadi perhatian bagi sekolah dan masyarakat. Harpannya adalah meningkatnya kemampuan masyarakat untuk menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan, baik secara fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial melalui pendidikan. Sehingga terwujudlah masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat.(*)