PARTAI Gerindra dinilai akan menjadi pemain kunci dalam konstelasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Tahun 2024.

Hal tersebut bukanlah tanpa alasan, Dosen Ilmu Politik Universitas Bangka Belitung (UBB) Ariandi Zulkarnain mengatakan, seperti yang pernah diuraikan oleh Perludem (Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi). Mengingat tujuan dasar dari pilkada serentak untuk menciptakan equal playing battle field (medan pertempuran yang setara) menjadi sulit untuk dicapai karena Erzaldi-Yuri (petahana) tidak memulai dalam posisi yang sama dengan lawan-lawan politiknya.

Erzaldi-Yuri memiliki instrumen dan resource (sumber daya) yang sudah mereka pahami dengan baik dalam ruang program pemerintahan. Meskipun, dalam demokrasi kontemporer keterpilihan petahana sangat tergantung pada preferensi dan perilaku pemilih masyarakat.

“Gerindra tentu sangat-sangat menjadi key player (pemain kunci) pada kontestasi kali ini karena memang memiliki petahana. Konstelasi politik di daerah yang memiliki petahana kecendrungannya mereka sangat-sangat diuntungkan,” kata Ariandi, Kamis (24/10).

“Ada kepentingan publik yang juga harus dibawa ke dalam ruang kontestasi, isu lokal apa yang perlu dirawat, diselesaikan bersama. Sehingga konstelasi pilkada tidak lepas dari kontestasi gagasan,” ujarnya.

Baca Juga : Pilkada Babel 2024, Erzaldi-Yuri Kuasai Panggung Debat

Di atas kertas, lanjut Ariandi, bahwa petahana setidaknya memiliki resource lebih dalam memulai pemilu karena mereka tidak memulai dari nol.

Di samping itu, kinerja pemerintahan ketika mereka memimpin, cenderung dijadikan petahana untuk kembali membuat kebijakan agar daerah dapat lebih berkembang.

“Mereka kemudian bisa meng-call back (memanggil kembali) apa yang sudah mereka lakukan 5 tahun belakang. Kemudian meramu kembali dalam program-program kedepan,” jelas Ariandi.

Baca Juga : Tiga Pimpinan DPRD Basel Dilantik, Elfin : Selamat Bekerja

Ariandi berharap, pemilu tetap menjadi agenda dalam membangun politik representasi. Bagaimana pemilu menjadi agenda baik bagi daerah, untuk bersama melakukan konsolidasi demokrasi serta melahirkan kepentingan publik dalam ruang kebijakan.

Menurutnya, politik representasi itu memiliki 4 unsur, yakni formalistik, simbolik, deskriptif dan substantif, walaupun sayangnya dua poin terakhir kerap kali dikesampingkan.

“Saya kira itulah momentumnya, bagaimana ruang kebijakan itu benar-benar dihasilkan dari ruang representasi yang unsurnya bukan hanya sekadar simbolik dan formalistik,” tegas Ariandi. Baca Juga : IKT Apresiasi DPRD Babel Terima Audiensi untuk Suarakan Aspirasi Rakyat