DEWAN Kesenian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) melakukan studi banding ketiga tempat di Jakarta. Salah satunya ke Taman Ismail Marzuki dengan tujuan untuk mempelajari tata kelola seni pertunjukan di ibu kota, khususnya Dewan Kesenian Jakarta.

Ketua Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Babel, Vinsensius Prio Sumonggo menjelaskan hasil dari kunjungan memberikan banyak inspirasi dan pelajaran berharga tentang pentingnya ruang kreatif dan iklim dinamis dalam pemajuan kebudayaan.

“Pemajuan kebudayaan tidak bisa dipisahkan dari ruang kreatif yang memadai. Contohnya di Jakarta, saya melihat banyak contoh bagaimana ruang kreatif seperti gedung kesenian dapat menumbuhkan peradaban dan kemajuan kebudayaan,” kata Vincent, Kamis (23/1/2025) malam.

Vincent, begitu sapaan karibnya ini sangat mengharapkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, khususnya Kota Pangkalpinang dapat mencontoh dan memodifikasi konsep ruang kreatif seperti yang ada di Jakarta. Dengan demikian, sehingga dapat menciptakan peradaban kebudayaan yang lebih maju dan dinamis.

“Ruang kreatif tidak hanya berfungsi sebagai tempat hiburan, tetapi juga sebagai media edukasi, pelestarian budaya, pusat informasi serta inovasi seni. Dengan adanya ruang kreatif, kita dapat menciptakan karya seni yang relevan dengan kebutuhan zaman dan menyampaikan isu-isu sosial serta budaya melalui karya seni,” jelas Vincent.

Selain itu, lanjut Vincent, dengan adanya ruang kreatif di Negeri Serumpun Sebalai (Babel), setidaknya dapat merubah mindset (kerangka berpikir) kesenian menjadi acuan sebagai tuntunan dan memajukan sektor kebudayaan yang beradab dan menjaga keberlangsungan seni lokal.

“Selama studi banding ini, yang dapat dipelajari bahwa pengadaan ruang kreatif tersebut mampu menumbuhkan sebuah peradaban yang berbudaya, baik itu dari sumber daya manusia maupun teknologinya,” ujar Vincent.

Vincent menambahkan, salah satu keunggulan dengan adanya ruang seni pertunjukan adalah desainnya yang mendukung kualitas pertunjukan. Banyak ruang seni modern yang dilengkapi dengan system pencahayaan otomatis, layar proyeksi dan teknologi augmented reality sehingga menciptakan dimensi pertunjukan yang impresif.

“Seandainya ruang kreatif tersebut dapat direalisasikan di Kota Pangkalpinang, besar harapan dapat menjadi warna baru yang menambah khasanah pemajuan kebudayaan yang kemudian menjadi sentral bagi masyarakat seni yang produktif,” ujar seniman asal Toboali, Bangka Selatan.

Vincent berharap, dengan adanya pembangunan ruang kreatif seperti di Taman Ismail Marzuki, maka ke depannya mampu memunculkan bibit-bibit baru masyarakat yang berbudaya di ekosistem berkesenian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.