JAKARTA – Seorang Ahli Sains Arvin Ash mengungkapkan dengan cadangan thorium yang dimiliki Amerika dan India bisa mencukupi kebutuhan listrik dunia selama lebih dari seribu tahun.
Dalam video yang diunggah di kanal Youtubenya Arvin Ash dengan judul “It’s time to rethink Nuclear Power! Limitless Green Thorium Energy is coming” menurut Arvin, thorium adalah unsur nomor 90 di tabel periodik, jadi merupakan unsur yang sedikit lebih ringan dari uranium yang merupakan unsur 92. Thorium jauh lebih berlimpah daripada uranium, yang dimana thorium jumlahnya tiga kali lipat lebih banyak dari uranium.
“Secara umum, 1 kilogram uranium-235 setara dengan 2.700 ton batu bara. Kita juga bisa lebih efektif menggunakan thorium sebagai bahan bakar, diperkirakan 1 ton thorium bisa menghasilkan jumlah tenaga yang sama dengan 200 ton uranium,” jelas Arvin.
Apabila 1 ton thorium sama dengan 200 ton uranium, dan 1 ton uranium setara dengan 2.700 ton batu bara, maka jika dibandingkan dengan thorium setara 1 ton thorium dengan 540.000.000 ton batu bara.
Sisi lain yang menguntungkan dari thorium adalah dari aspek menambang thorium, dalam menambang thorium jauh lebih aman dan efisien, karena thorium didapat dari monazite.
“Monazite yang mengandung thorium memiliki konsentrasi yang lebih tinggi daripada biji uranium yang setara,” jelasnya.
Arvin melihat dalam pengembangan reaktor thorium yang paling maju adalah China. Setelah menyelesaikan uji reaktor thorium tahun 2021, dan banyak berinvestasi secara besar-besaran di thorium sebagai sumber daya masa depan.
“Mereka bahkan mungkin memiliki pabrik yang siap beroperasi pada akhir dekade ini,” katanya.
“Saya harap ini memberikan titik terang baru pada subjek lama, dan mungkin membuat anda mempertimbangkan kembali tenaga nuklir sebagai solusi untuk kebutuhan energi kita yang meningkat,” tambahnya.
Sementara itu, Peneliti Nuklir dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta Dr Andang Widi Harto mengatakan, di Bangka Belitung sendiri memiliki cadangan sebesar 100.000 ton dari data Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di Bangka Belitung dari hasil limbah olahan timah.
“Bangka Belitung disitu timah sebagai logam utama, timah itu masuk dalam kategori golongan B sehingga didalamnya ada LTJ yang termasuk thorium,” kata Andang saat dijumpai di Thorium Room Universitas Gajah Mada pada Selasa, 22 Februari 2022.
Thorium jauh lebih efisien dan lebih aman, karena limbahnya sedikit dan umurnya lebih pendek. Limbah dari Molten Salt Reactor bisa diekstrak lagi yang bisa menghasilkan cesium, neutronsium, dan moliden.
“Setiap 1000 MegaWatt (Mw) listrik kita hanya membutuhkan 1 ton thorium yang menjadi 1 ton uranium-233 dan 1 ton limbah,” kata Andang.
Saat ini Indonesia mempunyai sebesar 60 GigaWatt (Gw), untuk 2050 kebutuhan listrik Indonesia bisa meningkat sekitar 400-500 Gw.
“Pada 2050, 100 PLTN itu bisa mencukupi 25 persen PLTN, kalau 200 PLTN bisa mencukupi 50 persen,” ucap Andang.
Indonesia saat ini sedang mempersiapkan reaktor thorium untuk digunakan sebagai PLTN, perusahaan yang mendukung Indonesia adalah Thorcon Power yang akan membangun prototype Molten Salt Reactor.
“Ada perusahaan Thorcon yang akan membangun prototype Molten Salt Reactor, tapi masih gabungan 50 persen uranium dan 50 persen thorium. Mudah-mudahan ini bisa menjadi sebuah kemajuan, desain ini juga akan dikembangkan lebih lanjut agar bisa menggunakan 100 persen thorium,” kata Andang.