Suara HebatBabelhebat
Trending

BBM Dari Meja Kopi ke Meja Sengketa

BBM (Bangka Belitung Menggugat) lahir dari keresahan rakyat terhadap korupsi pertambangan senilai Rp 271 triliun. Organisasi ini seharusnya menjadi alat perjuangan rakyat, tapi kini perhatian bergeser ke perebutan kursi pengurus, menegaskan ironi yang terjadi di tengah aspirasi sosial dan politik di Babel.

BBM lahir bukan dari ambisi jabatan, tetapi dari meja 13 Kopi Akew, tempat para pendiri mengobrol tentang lubang tambang, banjir, dan rakyat yang hanya mendapatkan debu. Saya, Haji Tare, Bang Saviat, Eddy Supriadi, kawan-kawan akademisi, anak muda, dan berbagai profesi sepakat bahwa Bangka Belitung tidak boleh hanya menjadi penonton ketika Rp 271 triliun lenyap di kantong para koruptor.

Namun kenyataannya, ada yang lebih menggoda daripada menggugat koruptor yaitu menggugat kursi pengurus BBM. Tiba-tiba muncul versi BBM baru tanpa dasar hukum yang jelas, tanpa akar organisasi, tetapi penuh nafsu duduk di kursi ketua dan sekretaris.

Sejarah Babel penuh lubang. Dari lubang tambang, lubang jalan, kini lubang organisasi muncul. Dahulu yang diperebutkan timah, kini yang diperebutkan stempel dan akta notaris. Solidaritas pecah, kursi tetap utuh, dan rakyat kembali jadi penonton setia. Di warung kopi banyak yang nyeletuk bahwa baru mau menggugat koruptor, kok sudah sibuk menggugat ketua.

Baca Juga: APBD Ratusan Miliar, Rakyat Bangka Selatan Masih Kelaparan

1 2Laman berikutnya